Sabtu, 31 Januari 2009

Sahabat Nabi

Sahabat Nabi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini adalah bagian dari seri
Islam
Rukun Islam
Syahadat · Shalat · Puasa
Zakat · Haji
Rukun Iman
Allah · Al-Qur'an · Malaikat
Nabi · Hari Akhir
Qada & Qadar
Tokoh Islam
Muhammad SAW
Nabi & Rasul · Sahabat
Ahlul Bait
Kota Suci
Mekkah ·Madinah · Yerusalem
Najaf · Karbala · Kufah
Kazimain · MashhadIstanbul ·
Hari Raya
Hijrah · Idul Fitri · Idul Adha · Asyura·Ghadir Khum
Arsitektur
Masjid ·MenaraMihrab
Ka'bah
Arsitektur Islam ·
Jabatan Fungsional
Khalifah ·UlamaMuadzin
Imam·Mullah·Ayatullah
Mufti ·
Teks & Hukum
Al-Qur'an ·Hadist · Sunnah
Fiqih · Fatwa · Syariat
Manhaj
Salafush Shalih
Mazhab
Sunni
Hanafi ·Hambali
Maliki ·Syafi'i
Syi'ah
Dua Belas Imam
Ismailiyah·Zaidiyah
Lain-lain
Ibadi · Khawarij
Murji'ah·Mu'taziliyah
Lihat Pula
Portal Islam
Indeks mengenai Islam

Sahabat Nabi, dari kata shahabah (ash-shahaabah, الصحابه) adalah mereka yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW, membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Definisi

Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi'i pernah berkata:

"Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam"[1]

Kebanyakan muslim mendefinisikan para sahabat sebagai mereka yang mengenal Nabi Muhammad SAW, mempercayai ajarannya, dan meninggal dalam keadaan Islam. Para sahabat utama yang biasanya disebutkan hingga 50 sampai 60 nama, yakni mereka yang sangat dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Sahabat disebut pula murid Nabi Muhammad.

Identifikasi terhadap sahabat nabi, termasuk status dan tingkatannya merupakan hal yang penting dalam dunia Islam karena dapat digunakan untuk mengevaluasi keabsahan suatu hadits maupun perbuatan Nabi yang diriwayatkan oleh mereka.

Lihat pula: Hadits

[sunting] Tingkatan Sahabat

Menurut al-Hakim dalam Mustadrak, Sahabat terbagi dalam beberapa tingkatan, yaitu:

  1. Para sahabat yang masuk Islam di Mekkah, sebelum melakukan hijrah, seperti Khulafa'ur Rasyidin
    1. Khadijah binti Khuwailid
    2. Ali bin Abi Thalib
    3. Zaid bin Haritsah
    4. Abu Bakar ash-Shiddiq
    5. Umar bin Khattab
    6. Utsman bin Affan
    7. Abbas bin Abdul Muthalib
    8. Hamzah bin Abdul Muthalib
    9. Ja'far bin Abi Thalib
  2. Para sahabat yang mengikuti majelis Darunnadwah
  3. Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah
  4. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah pertama
  5. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Aqabah kedua
  6. Para sahabat yang berhijrah setelah sampainya Rasulullah ke Madinah
  7. Para sahabat yang ikut serta pada perang Badar
  8. Para sahabat yang berhijrah antara perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah
  9. Para sahabat yang ikut serta pada bai'at Ridhwan
  10. Para sahabat yang berhijrah antara perjanjian Hudaibiyyah dan fathu Makkah
    1. Khalid bin Walid
    2. Amru bin Ash
  11. Para sahabat yang masuk Islam pada fathu Makkah,
    1. Abu Sufyan
    2. Mu'awiyah bin Abu Sufyan
    3. Ikrimah bin Abu Jahal
  12. Bayi-bayi dan anak-anak yang pernah melihat Rasulullah saw pada fathu Makkah

[sunting] Beberapa Sahabat yang Terkenal

Kamis, 29 Januari 2009



Ta’aruf sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan. Ta’aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat.

Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang ta’aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan.

Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu.

Sedangkan taaruf adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar.

Ketika melakukan ta’aruf, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya.

Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik dan kalau tertarik, mari bicara harga.

Dalam upaya ta’aruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi ta`aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.

Taaruf"Jadi ta`aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan
yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan panjang
berdua."

Taaruf adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup penting.

Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media foto, lukisan atau video.

Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Dan khusus dalam kasus ta`aruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh disana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua tapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena tapak tangan wanita pun bukan termasuk aurat.

Lalu bagaimana dengan keharusan ghadhdhul bashar ? Bab ghadhdhul bashar tempatnya bukan saat ta`aruf, karena pada saat ta`aruf, secara khusus Rasulullah SAW memang memerintahkan untuk melihat dengan seksama dan teliti.

Selain urusan melihat pisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syari`ah Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, ngedate dan seterusnya dengan menggunakan alasan ta`aruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran. Sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath antara pasangan yang belum jadi suami istri ini.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.

(Dinukil dari syariahonline.com, Buat semua temanku yang ingin berproses… selamat menempuh proses yang ’sehat’, semoga Allah meridhoi, Amien ^ _^)

aq di sini cuma mau bilang ma seseorang yangdulu pernah jadi sahabat aq...
kenapa dulu kamu gak pernah bilang ke aq,kalo dulu kamu tu suka ma aq.mang waktu tu aq lagi suka ma temen kamu.tapi tu juga karena aq diojog2in ma temen2 aq.tapi aq juga ga suka beneran ma dia...tapi setelah aq tahu kalo kamu suka aq.tu juga dari temen aq.eh..kamu malah pergi....

Rabu, 28 Januari 2009

Aisyah, Keutamaan dan Keluasan Ilmunya



Keluarga Muhammad Rasulllah SAW

Minggu, 11 Maret 2007 @ 04:26:16








Beliau, Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq, atau juga biasa dipanggil dengan al-Shiddiqiyah yang dinisbatkan kepada al-Shiddiq yaitu orang tuanya sendiri Abu Bakar, kekasih Rasulullah SAW. Seorang wanita mulia dan istimewa dimana sebagian dari ilmu agama kita ini diambil darinya. Begitu banyak keutamaan dan kemuliaan yang dimilikinya, semoga Allah meridhainya dan mengumpulkannya dengan kekasihnya yang paling dicintainya yaitu Nabi kita Muhammad SAW. Semoga setelah membaca kisah ini hati kita akan tersentuh dan semakin menambah rasa cinta kita kepada istri-istri Beliau. Beberapa keutamaannya tidak dapat dihitung dengan jari sehingga hanya sebagian kecil yang dapat dipaparkan disini, diantarnya adalah sebagai berikut : 1.Kecintaan Rasulullah kepadanya melebihi kecintaannya kepada istri-istri beliau yang lainnya yang semuanya ada 9 orang. Pada suatu ketika Rasulullah ditanya, “Siapakah orang yang paling engkau cintai ?” maka beliau menjawab, “Aisyah” Hal ini didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Amr bin ‘Ash, dimana dia datang kepada Nabi seraya bertanya,”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?” beliau menjawab,”Aisyah”, kemudian Amr bin Ash bertanya, “”Siapakah orang lelaki yang paling engkau cintai?” , beliau menjawab “Bapaknya (Abu Bakar)”. Dia bertanya, “Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab “Umar”, yakni Ibnu Al Khaththab, semoga Allah meridhai semuanya. 2.Malaikat menyampaikan salam untuknya bukan hanya sekali. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim darinya (Aisyah), dimana Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Jibril telah mengucapkan salam untukmu”, maka aku menjawab,”Alaihis as-Salam”. 3. Allah telah menurunkan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan pembebasan dirinya dari tuduhan dusta sebanyak sepuluh ayat dalam surat An-Nuur, dimana didalamnya Allah menjelaskan bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik, dan beliau tergolong wanita yang baik, membebaskan mereka dari tuduhan orang-orang yang menyebarkan tuduhan dusta itu, dan memberi kabar gembira bahwa bagi mereka surga, sebagaimana Allah berfirman,..”dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula. Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga) ” An-Nuur:26. 4.Pada saat Rasulullah sakit, beliau minta untuk tinggal dikamarnya (Aisyah), sehingga dia dapat mengurusnya sampai Allah memanggil ke hadirat-Nya (wafat). Rasulullah meninggal di rumah Aisyah, dimana beliau meninggal dalam pangkuannya. Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan darinya (Aisyah), dia berkata:” Allah mewafatkan Rasulullah dimana kepala beliau berada diantara paru-paruku dan bagian atas dadaku, sehingga air liur beliau bercampur dengan air liurku” Bagaimana hal itu bisa terjadi, Abdurrahman saudara laki-laki Aisyah masuk ke rumah mereka , dimana ketika itu dia membawa siwak (alat penggosok gigi), lalu Rasulullah melihatnya. Aisyah memahaminya bahwa beliau ingin bersiwak, dan dia mengambil siwak dari Abdurrahman dan melembutkannya, lalu Rasulullah bersiwak dengannya. Setelah Rasulullah meninggal, maka siwak itu dipakai Aisyah. Inilah pengertian yang dimaksud dengan “air liur beliau bercampur dengan air liurku”. 5. Berdasarkan sabda Rasulullah,”Keutamaan Aisyah atas wanita yang lainnya bagaikan keutamaan tsarid (roti yang dibubuhkan dan dimasukkan kedalam kuah) atas makanan-makan yang lainnya”. Berkenaan dengan keluasan dan keunggulan ilmunya, tidak ada seorang ulamapun yang mengingkarinya.Banyak kesaksian dan pengakuan yang dikemukakan para ulama berkenaan dengan kredibilitas keilmuwan Aisyah. Hal ini menunjukkan betapa luas dan mumpuninya ilmu yang dimilikinya. Kesaksian beberapa pakar ilmu pengetahuan dari kalangan ulama terdahulu : 5.1. Kesaksian putra saudara perempuannya (keponakannya) Urwah bin Zubeir tentang kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah, sebagaimana yang diriwayatkan putranya Hisyam,”Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar dalam ilmu fiqh (agama), kedokteran dan syair selain Aisyah. 5.2. Kesaksian Az-Zuhri yang juga berkenaan dengan kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki Aisyah, seraya berkata,”Seandainya diperbandingkan antara ilmu Aisyah dengan ilmu seluruh istri Nabi dan ilmu seluruh wanita, niscaya ilmu Aisyah jauh lebih unggul.” 5.3. Kesaksian Masruq berkenaan dengan ilmu yang dimiliki Aisyah yang berkenaan dengan masalah faraidh, sebagaimana yang terungkap dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Abu Darda darinya seraya berkata, “Aku melihat para syeikh dari kalangan sahabat Rasulullah bertanya kepada Aisyah tentang faraidh (ilmu waris) 5.4. Kesaksian Atha’ bin Rabah, dimana ketika Allah berfirman, maka Aisyah merupakan orang yang paling faham, paling mengetahui dan paling bagus pendapatnya dibandingkan dengan yang lainnya secara umum. 5.5. Kesaksian Zubeir bin Awwam, dimana dia berkata sebagaimana hal ini telah diriwayatkan putranya Urwah, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pintar tentang Al-Qur’an , hal-hal yang difardhukan, halal dan haram, syair, cerita Arab dan nasab (silsilah keturunan) selain Aisyah. Dengan mengemukakan lima kesaksian yang dipaparkan oleh para ulama besar dari kalangan sahabat dan tabi’in cukuplah sebagai bukti yang menunjukkan kredibilitas dan keunggulan ilmu yang dimiliki oleh Aisyah dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki oleh para Sahabat Rasulullah dan para tabi’in lainnya. Aisyah meninggal pada bulan Ramadhan yang agung tepat pada tanggal 17 Ramadhan, pada usia 66 tahun. Dan, dimakamkan di Al-Baqi’ kawasan pemakaman yang terletak di kota Madinah. Hal ini sesuai dengan wasiatnya, dimana beliau berwasiat agar di makamkan di tempat pemakaman istri-istri Rasulullah. Semoga Allah meridhainya …………amin. (Sumber: Ilmu dan Ulama Pelita Kehidupan Dunia dan Akhirat, Pustaka Azzam.) http://jilbab.vbaitullah.or.id/contents.php?id=98 Anda Tidaklah Bebas Tanya: Apa hukum ucapan sebagian orang ketika dinasihati terhadap perbuatan maksiat , (dijawab) : “Saya bebas melakukan apa saja” ? Jawab: Al-Hamdulillah. Perbuatan itu keliru. Anda tidaklah bebas berbuat maksiat. Justru apabila Anda bermaksiat kepada Rabb Anda, berarti Anda telah keluar dari “kehambaan” yang Anda akui terhadap Allah, menuju perbudakan diri kepada syetan dan hawa nafsu.” (Fatwa Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin) (sumber : www.islam-qa.com) http://63.175.194.25/index.php?ln=ind&ds=qa&lv=browse&QR=11282&dgn=3

Akhi.........


tahu ga cih...foto ni tuh mirip banget sama kakak aq yang dah lulus tahun kemaren..cakep kan...moga aj dia bisa jadi kakak aq forever